Sejak tahun 80 an, gairah keislaman masyarakat perkotaan mulai marak. Ini adalah hal positif setelah sekian lama ” simbol” Islam dianggap konservatif bahkan kuno.
Revivalisme ini mempunyai nilai positif yaitu simbol Islam diruang publik menjadi semarak: busana, pengajian, kajian keagamaan dll.
Tetapi, sisi negatifnya ada kalangan di perkotaan yang dasar pengetahuan agamanya sangat lemah, sehingga potensial dimanfaatkan oleh kelompok intoleran untuk menebarkan keraguan (tasykik), penyesatan ( tadhlil) hingga pengkafiran kepada kelompok yg berbeda (takfir).
Sampai saat ini bisa dibilang bahwa hegemoni dari dakwah intoleran masih cukup dominan di wilayah perkotaan.
Mereka bisa memguasai kajian keagamaan di perkotaan dan perkantoran setidaknya karena faktor-faktor berikut :
-Kaderisasi yang intens, terarah dan terukur sejak di Sekolah dan kampus
-Militansi yang kuat dan sistematis
-Koordinasi yang kuat
Untuk Kaderisasi PKS , SALAFI DAN HTI umumnya di bagi menjadi 3 jenjang, pemula/dasar, menengan dan lanjutan.
Berikut adalah contoh dari materi dasar dari kegiatan kaderisasi yang dilakukan oleh merka.
Materi dasar PKS
1. Makna dua kalimat Syahadat
2. Ghozwul Fikri
3. Ahammiyatut tarbiyyah
4. Peran pemuda muslim.
Materi dasar HTI
1. Syakhsiyyah islamiyyah
2. Persatuan umat
3. Membangun Kembali Kejayaan Umat
Materi dasar Wahabi
1. Tauhid (Rububiyyah dan Ilahiyah)
2. Penyimpangan di Masyarakat
3. Bahaya Paham Syiah
4. Menegakkan Dakwah Sunnah
Walhasil pola dakwah mereka sangat rapi dan menerapkan materi yang terukur dan terarah sehingga tidak mengherankan jika outputnya seperti yg kita saksikan bersama.
Diskusi
*Bagaimana dengan dakwah NU di perkotaan?*
Sebetulnya warga NU punya modal yang kuat soal keilmuan dan keindonesian dengan referensi klasik yang kokoh serta pembuktian sejarah yg panjang dan teruji.
Namun sayangnya terlihat belum siap dengan modal yang dimilikinya untuk bersaing dengan mereka dalam kancah dakwah di perkotaan .
Indikator ketidaksiapan itu terlihat dari kalah cepatnya NU memanfaatkan momentum pesantren kilat yang diadakan di setiap bulan Ramadhan atau ketika liburan sekolah.
Di samping kalah cepat, persoalan lainnya adalah ketika diserahi amanah mengelola pesantren ataupun kegiatan keagamaan di sekolah semisal ROHIS, beberapa ustadz Nahdliyyin kehilangan arah di dalam menentukan materi yang akan diberikan di pesantren kilat. Kalaupun ada beberapa bekal yg didapat dari pesantren, pertanyaan selanjutnya adalah apakah materi tersebut cocok dengan psikologi remaja perkotaan yg serba berpikir inovatif? ( KH.Abdi Kurnia Johan)
Masih menurut KH.Abdi Kurnia Johan selaku pengurus LDNU Pusat bahwa Nahdliyyin itu kaya konsep ilmu tapi kurang dalam kemasan sehingga materi- materi pesantren tdk diminati karena dianggap terlalu membosankan. Ketika para santri berkiprah di masyarakat, tantangan terbesarnya adalah menerjemahkan konsep2 Ilmu pesantren menjadi lebih praktis dan aplikatif. Kita lebih sering main di ujung isu; Islam dan Kebangsaan. Padahal bicara Islamnya belum tentu tuntas dan pemahaman konsep kebangsaan belum matang.
Beliau kemudian melanjutkan bahwa alur pembentukan pola pikir NU zaman now adalah sebagai berikut :
1. Pesantren kilat yg merupakan penyemaian dan pembibitan;
2. Perkaderan yaitu melalui pelatihan pelatihan
3. Pendidikan yaitu dengan dikirim ke pesantren yang direkomendasikan.
*Lalu langkah kongkret apa yang bisa lakukan kader NU guna mengimbangi pergerakan dakwah kaum intoleran di perkotaan?*
1. Meramu dan mengemas materi dakwah sesuai dengan nalar, kecenderungan dan hobby mereka ” khotibuunnas biqodri uqulihim”.
2. Membangun militansi dan sinergitas antar kelompok moderat.
3. Melakukan kaderisasi di Sekolah , kampus dan Masjid dengan Menyusun silabus dakwah Islam yang transformatif, emansifatorif, aplikatif dan mengindonesia.
Namun sebagaimana disampaikan Kyai Jamaluddin Hasyim selaku pengurus PWNU DKI bahwa gerakan NU yang akan di bangun nanti jangan semata untuk counter Sawah, HTI atau PKS. Gerakan spt ini hanya akan memunculkan ‘asal beda’ atau paling jauh bijin alternatif dari yg sdh ada.
Gerakan NU harus berdasarkan sebuah visi besar, alur pikir program yg logis dan runtut dgn parameter capaian yg measurable.
Beliau kemudian memetakan bahwa Dakwah perkotaan secara sederhana dikelompokkan kepada:
1. Dakwah di sekolah2 umum
2. Dakwah di kelas menengah perkantoran
3. Dakwah di medsos
4. Dakwah di media TV/radio/internet
5. Dakwah off air di masjid2 baik untuk orang tua maupun remaja
Karena cakupan dan obyek dakwah yang begitu luas, maka dalam diskusi tersebut obyek dakwah untuk tahap awal lebih difokuskan kepada anak remaja baik di sekolah maupun majid dan musholla. Salah satu jenis pengajian yang bisa kita buat adalah sanlat/ pesantren kilat maupun pengajian remaja masjid/ Musholla dan di sekolah2 formal.
Agar kaderisasi / pengajian remaja menjadi lebih terarah dan terukur maka Kyai Abdi Kurnia Johan menyarankan agar di buat levelling / jenjang kajian sesuai dengan usia dan kematangan berpikir.
misalanya dibuat tingkatan sebagai berikut ;
I’dady/ persiapan
Ibtida’iy/ pemula
Mutawasith/ menengah
Aly/ lanjutan/ atas
Untuk materi sanlat pemula remaja yg di tawarkan kyai Abdi Kurnia adalah sbb :
1. Tauhid
2. Siroh Nabawiyyah
3. Fiqih Ringkas
4. Akhlak para salaf
5. Jangan Galau Move on dong
6. Muslim Cinta NKRI
7. Muhasabah .
Materi tauhid bisa di
kombinasikan antara kitab sullamuttaufiq dan jauharuttauhid dengan membuang perdebatan kalamiyyah nya.
Dari materi kitab jauharat tauhid yang bisa dikembangkan menjadi materi perkotaan adalah:
1. Urgensi mengetahui tauhid. Dari sini kita bida singgung bahwa tidak ada pembagian tauhid menjadi tiga.
2. Keutamaan menghormati Nabi dan keluarganya, termasuk menjelaskan bahwa kedua orang tua Nabi tidak berada di neraka.
3. Makna Ahlussunnah wal Jamaah.
dst
Santri yang sudah mengikuti pengkaderan hingga level ulya/ atas, maka bisa ditugaskan untuk mengkader kader yang berada dibawahnya ( sistem mentoring).
*Kesimpulan*
Dari hasil rangkuman diskusi ringan di grup Halaqoh kader muda NU tsb maka bisa kita ambil kesimpulan sbb :
1. Fokus terlebih dahulu memikirkan pengajian untuk anak remaja
2. Membuat kaderisasi untuk remaja baik yg bersifat intensif maupun yang kilat. untuk pengkaderan intensif maka bisa diaplikasikan melalui pengajian remaja masjid dan musholla dengan cara berjenjang . Adapun untuk pengkaderan kilat bisa dengan mengadakan sanlat pada saat liburan sekolah maupun bulan ramadhan.
3.Menyusun/ merumuskan kurikulum dan silabus pengajian remaja untuk semua jenjang dari jenjang persiapan hingga lanjutan.
Hasil dari diskusi ini insya alloh akan ditindak lanjuti dengan pertemuan langsung supaya lebih kongkret dalam menyusun berbagai program